Mempertimbangkan Pembangunan Sarana Prasarana Berkelanjutan di Perkotaan

 

Jonas Rabinovitch, Penasehat Tinggi Kebijakan, Badan Pembangunan Perkotaan untuk Kebijakan Pembangunan, Program Pembangunan PBB (UNDP)

 

Dokumen ini menguraikan kondisi prasarana di Timor Lorosa’e, mempertimbangkan kondisi sebelum masa krisis dan sesudahnya. Tantangan yang paling besar adalah untuk memperbaiki sarana prasarana dengan cara berkelanjutan dari perspektif sosial. Karena adanya kondisi khusus di Timor Lorosa’e, jawaban atas tantangan-tantangan masalah sarana prasarana harus mempertimbangkan kebutuhan mendesak untuk memikirkan kembali pendekatan-pendekatan yang konvensional. Penyajian ini akan menjelaskan keadaan sarana prasarana di Timor Lorosa’e, masalah-masalah utama, pendekatan-pendekatan yang seharusnya dipertimbangkan dan kesempatan-kesempatan untuk perbaikan.

 

Pembahasan ini mengacu pada sarana prasarana tidak hanya dari perspektif sarana “murni”, tetapi juga persepktif sarana sumber daya manusia relevan untuk dibahas. Secara luas, sarana prasarana termasuk masalah perumahan, transportasi, air, penjagaan kebersihan, saluran air, pengelolaan sampah, komunikasi, jalan-jalan dan sebagainya.

 

Kukurangan dalam kualitas sarana prasarana di Timor Lorosa’e menjadi lebih buruk setelah masa gawat darurat pada bulan September 1999, waktu milisi pro-otonomi melakukan kekerasan, perampokan dan pembakaran rumah-rumah dengan sengaja di seluruh negari, seperti sudah diketahui semua orang.

 

Diperkirakan bahwa 85 000-90 000 rumah dirusak pada waktu itu. Di daerah perkotaan, tingkat kerusakan rumah sampai 70-100%. Sebelum krisis, 52% kepala keluarga tidak mempunyai akses ke air minum, dan 62% tidak mempunyai akses ke fasilitas penjagaan kebersihan. Situasi tersebut menjadi lebih buruk karena tempat persediaan air dan sistem-sistem penjagaan kebersihan juga dirusak pada waktu krisis. Misalnya, pompa-pompa, mobil-mobil, pabrik-pabrik pembersih air, kantor-kantor dan pipa saluran, semuanya dirusak.

 

Angka-angka terbaru dalam CCA (Penilaian Negara Bersama), dari survei yang dilakukan oleh badan-badan PBB, menunjukkan bahwa kondisi sarana prasarana sebelum masa krisis jauh dari memadai, tetapi menjadi lebih buruk dikarenakan masa krisis pada bulan September 1999. Sekarang, sarana prasarana nyata mengalami kekurangan (fasilitas fisik dan peralatan), ada kekurangan sumber daya manusia (pendidikan, kemampuan masyarakat lokal untuk mengoperasikan dan memelihara sarana prasarana, pemerintahan dan pembangunan kelembagaan) dan keperluan untuk investasi dari masyarakat internasional. Pembahasan ini mengajukan pendapat bahwa persoalan-persoalan sarana prasarana di Timor Lorosa’e tidak dapat dipecahkan secara berkelanjutan bila masalah pendanaan untuk prasarana fisik dikembangkan secara tidak terkait dengan masalah kebutuhan sarana sumber daya manusia yang diuraikan di atas.

 

Tantangan-tantangan

 

Tantangan-tantangan utama yang harus dipertimbangkan apabila mengembangkan sarana prasarana secara lebih berkelanjutan adalah sebagai berikut.

 

Tantangan Kelembagaan

Lembaga-lembaga apa yang akan bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengoperasian fasilitas prasarana tersebut?

 

Tantangan Pemberdayaan Kemampuan

Apakah ada cukup banyak orang yang terlatih untuk mengoperasikan sistemnya?

 

Kemampuan Keuangan, Investasi, Pilihan Teknologi dan Tantangan Pengembalian Biaya

Teknologi apa yang berkelanjutan secara finansial, lingkungan dan sosial? Apakah masyarakat mampu membayarnya? Bagaimana membayarnya? Bagaimana pemakaian sistem ongkos-pemakai dapat diterapkan?

 

Tantangan Partisipasi

Apakah masyarakat diikutsertakan dalam perancangan, pengembangan dan pengoperasian sistem tersebut?

 

Tantangan Gender

Bagaimana intervensi-intervensi tersebut akan menpengaruhi laki-laki dan perempuan?

 

Tantangan Pendidikan dan Budaya

Apakah pengembangan sarana prasarana dirancang sesuai dengan pertimbangan budaya? Apakah masyarakat mengerti akan keuntungan kesehatan yang didapatkan? Kampanye pendidikan apa saja yang diperlukan?

 

Menuju Jalan yang Berkelanjutan

 

Pendekatan-pendekatan terhadap jalan yang cocok dan berkelanjutan, adalah:

· Penyelidikan di negara-negara berkembang, contoh Curitiba, Brasilia, di mana kebijakan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan sistem transportasi umum telah dilaksanakan secara bertahap selama 30 tahun terakhir;

· Pendekatan bersifat ketenagakerjaan;

· Masalah kepemilikan tanah;

· Pelaksanaan daerah penyangga untuk perlindungan lingkungan hidup di daerah perkotaan;

· Perlindungan lembah-lembah sungai dan mata air;

· Hubungan antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan;

· Pengelolaan limbah dan daur ulang;

· Penjagaan kebersihan secara ekologis;

· Pertanian di daerah perkotaan;

· Pengangkutan umum.